Monday 10 February 2014

Don't judge the book by it's cover

Ceritanya beberapa bulan yg lalu tepatx di hari minggu bersama 4 org teman, kami ke pulau kakara. Tiba di tempat penyebrangan, tdk ada perahu yg akan ke pulau kakara. Kamipun menunggu. Tidak berapa lama dtg 3 orang cowok. Singkat punya cerita, mereka juga mau k pulau kakara. Jd sypun inisiatif nawarin ke mereka "gmn kl kita sharing nyewa perahu?" Si cowo A menjawab "kami gk mau". Setelah sekitar 15 menitan, datang seorang bapak yg menawarkan perahu, tapi ke3 cowo tersebut lebih dahulu menawar dgn si bapak. Ketika sedang tawar menawar, si bapak bilang "ya udah, kalian kan ber7 mo harga berapa?" tapi si cowo A ngomong ke bapaknya "kami gk temenan dgn mereka, kami gk mau bareng mereka". Dalam hati saya berbisik, sombong bgt lu jd cowo, kamera DSLR gtu doang digantung dileher gk dpkein case, mo pamer, pikir oke.
Secara spontan sy lngsung nanya ke si bapak, "bapak nawarin ke mereka (ke3 cowok) berapa?" Si bapak jawab "Rp.250.000,- PP", "oke sy ambil pak." Kamipun berangkat dan menikmati pulau kakara tapi perasaan dongkol masih ada akibat perkataan cowok2 tadi.
Keesokan harinya, sy menggantikan rekan hakim untuk sidang dan kebetulan agendanya adalah pemeriksaan saksi, saat saksi dipanggil masuk ke ruang siang, sy melihat sosok yg sy kenal, si cowo A kemarin, ternyata dy adalah seorang polisi yg menangkap terdakwa. Sy pun tersenyum2 senang, dypun sempat menampakan wajah kaget.
Begitu tiba dirumah, saya pun menceritakan kejadian tersebut kepada kak boni, yg ikut bersama ke pulau kakara kemarin dan kak remon yg kebetulan seorang polisi dan mengenal si cowo A. Saya dan kak boni sangat senang, makannya jadi cowok jgn sombong, mentang2 kemarin kami berpenampilan gembel menggunakan sendal jepit, celana pendek dan baju kaos ala kadarnya (namanya aja mau berenang laut, masa pke jeans, apalagi kebaya ato heels)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Waktu berlalu, tadi siang sekitar pukul 11.00WIT (lagi-lagi hari Senin)ketika sedang ngotak-ngatik laptop dan bermain game di iPad di ruang bagian umum, seorang polisi masuk hendak ingin menumpang mengisi batre hpnya. Polisi yg tdk lain adalah si cowo A mengatakan "permisi bu, numpang yah!" "Oh iya, silahkan" dalam hati, sekarang aja lu manggilnya ibu.
Kembali ke rumah sayapun bercerita kepada kak boni, kalau bertemu lagi dengan si cowo A, k boni mengatakan "kenapa gk ngomong dek, lain kali jangan nilai orang dari penampilan", saya menjawab "koq gitu kak?", kak boni menyahut "dy kan ngomong ke kak remon, kl dy ngirain kita kemarin cewe pub, soalx pada pke celana pendek". Saya pun cuma bisa benggong, dangkal bgt sih otaknya.

Bener kata ungkapan, don't judge the book by it's cover!

Ini foto kami ke pulau kakara waktu itu. Silahkan berpendapat!

Saturday 8 February 2014

Love to live here, Tobelo.

Tobelo, bukan pertama kali mendengarnya. Setahun sebelum ditempatkan disini saya sudah biasa mendengarnya, tepatnya saat Sail Morotai 2012 berlangsung. Tobelo merupakan salah satu gerbang untuk menuju ke Pulau Morotai.

Perasaan bahagia bercampur cemas menghampiri. Bahagia karena Tobelo menawarkan sejumlah pantai-pantai yang cantik dan selangkah menuju Morotai, cemas karena akan merantau sendirian ke daerah baru tanpa mengenal siapapun. Bagaimana saya akan hidup disana, bagaimana suasana masyarakat disana, bagaimana saya harus melalui hari pertama disana, terlebih bagaimana saya akan merindukan keluarga saya, Papa, Mama, Kakak, Yuris, Norman, dan anjing-anjing peliharaan kami. I am gonna miss my home not  the house.

1 Oktober 2014, sehari sebelum berangkat ke Tobelo, saya memperoleh kabar bahwa di Tobelo ada kakak sepupu (keluarga jauh) yang tinggal di sana. Begitu tiba di Tobelo saya disambut hangat oleh keluarga jauh tersebut, saya tinggal dirumah mereka sejak hari pertama sampai dengan sekarang. Keluarga Remond Sarbunan. Remond Sarbunan adalah suami dari kakak sepupu saya, Kak Yus. Memiliki 3 orang anak, si kembar Rezky dan Beauty dan bayi berumur 2 bulan, Blessky. Di rumah ini, juga tinggal Kak Boni dan Rinto, adik kandung Kak Yus. Seperti berada di rumah sendiri, merasakan hangatnya apa yang disebut keluarga.

Di kantor, Tuhan memberikan saya sahabat-sahabat terbaik di sini. Kami bercanda, bergosip, saling menganggu, dan bertamasya ke pantai bersama.

Saya sangat bersyukur atas penempatan di Tobelo, terbukti bahwa Tuhanku, Yesus Kristus menyediakan apapun yang saya butuhkan. 

Tidak terasa sudah 4 bulan saya berada di sini, tidak akan terasa juga nantinya saya harus dipindahkan ke daerah lain.

I Love to live here, Tobelo

*Pengumuman Penempatan