Paling
gregetan kalau naik pesawat dan saat pesawat udah mau take-off/landing orang
yang duduk disamping kita belum matiin telepon seluler dan alat elektronik yang
memancarkan sinyal lainnya (BB, produk2 apple, dll) bahkan masih sibuk BBM-an,
SMS-an dan buka aplikasi ini-itu.
Pada
tanggal 22 Maret 2012 dengan menggunakan maskapai lionair saya terbang menuju
Ujung Pandang. Penerbangan dijadwalkan take-off pada pukul 21.45wib. Tidak
seperti pendapat kebanyakan orang bahwa maskapai bergambar singa merah bersayap
tersebut selalu menunda penerbangannya, malam itu 30 menit sebelum jadwal take
off para penumpang dipersilahkan naik ke pesawat, saya pun dengan segera naik
ke pesawat yang sebagian penumpangnya akan melanjutkan penerbangannya ke
Jayapura.
Seluruh
penumpang telah berada di dalam pesawat 10 menit setelah pengumuman untuk naik
ke pesawat disampaikan. Namun beberapa penumpang tujuan Jayapura masih sibuk
berpindah tempat duduk karena ada penumpang lain yang mengklaim tempat
duduknya, dan benar saja beberapa penumpang tujuan Jayapura tersebut menduduki
tempat yang salah (agak lucu memperhatikan kejadian tersebut). Sembari
memperhatikan kejadian tersebut, saya mengirimkan SMS ke kakak dan ibu saya
bahwa pesawat yang saya gunakan telah boarding, lalu segera saya menonaktifkan telepon
seluler yang saya gunakan.
Setelah
seluruh penumpang duduk dengan tenang, pintu pesawatpun di tutup 10 menit
sebelum take-off dan diumumkan bahwa telepon seluler atau alat elektronik yang
memancarkan sinyal lainnya termasuk iPod harus dinon-aktifkan karena dapat
mengganggu navigasi dan komunikasi pesawat. Tetapi seorang pemuda berusia sekitar
seperempat abad masih sibuk ber-BBMan ria, dan jika ada pramugari yang lewat
dia bertingkah seolah-olah telah menon-aktifkan perangkat selulernya (BB) alhasil
saya yang duduk disebelahnya gregetan dengan tingkahnya.
Pesawat
pun mulai berjalan pelan sembari para pramugari memperagakan cara penggunaan
sabuk, pelampung, masker oksigen dan menerangkan jumlah pintu darurat pesawat,
tetapi sang pemuda seperempat abad tersebut tidak kunjung menghentikan
aktifitas BBM-an ria nya dan saya pun tak kunjung gregetan.
Suhu
dingin di pesawat tiba-tiba tidak dapat saya rasakan, wajah saya terasa panas
saat saya mengatakan “Lu bisa gk matiin tuh BB?” say memperoleh jawaban “iya
ntar”, dengan emosi saya jawab “ntar kapan? pesawat dah mo take-off, ngerti gk?”.
Si pemuda pun dengan kesalnya langsung mengambil BBnya, menekan salah satu
tombol di BBnya dan memasukkan BBnya ke dalam tasnya. Sayapun langsung
mengucapkan terima kasih dengan senyuman paksaan tanpa mengetahui apakah tombol
yang ditekannya tadi adalah tombol power berhubung saya tidak menggunakan alat
seluler seperti itu.
Penerbangan
malam itu begitu mulus tanpa ada benturan sepanjang penerbangan dan akhirnya
diumumkan bahwa pesawat akan segera mendarat di Bandara International
Hasanuddin yang merupakan salah satu bandara terbaik dan termodern hasil karya
anak bangsa. Pesawat berlambang singa merah bersayap pun landing dengan mulus
dan tepat waktu pada pukul 00.10wita.
Begitu
pesawat berjalan pelan memasuki tempat parkirnya tiba-tiba terdengar bunyi
suara alat seluler dari dalam tas pemuda tersebut dan pemuda egois tersebut dengan
langsung menjawab alat selulernya yang ternyata bunyi tadi adalah suara
panggilan masuk. Sangat menjengkelkan melihat hal tersebut karena dia
seolah-olah bertindak tanpa memikirkan keselamatan orang lain, jelas terlihat
bahwa dia tidak memikirkan keselamatan dirinya, karena telah diumumkan bahwa
sinyal dari telepon seluler atau alat elektronik yang memancarkan sinyal dapat
menganggu navigasi dan komunikasi pesawat.
Entah
apa yang ada dipikiranya? (kalimat yang biasa dilontarkan oleh teman-teman saya
saat melihat seseorang mengatakan atau melakukan hal yang aneh/bertentangan). Kurang
informasi dan pengetahuankah dia mengenai hal tersebut dapat membahayakan
penerbangan? atau memang dia ingin segera mengkahiri hidupnya? Atau karena sang
pramugari hanya mengumumkan bahwa telepon
seluler atau alat elektronik yang memancarkan sinyal lainnya termasuk iPod
harus dinon-aktifkan sedangkan sang pemuda egois berpendapat bahwa BB
(Blackberry) tidak termasuk alat elektronik yang harus dinon-aktifkan? Atau tidak
tahukah dia bahwa BB memancarkan sinyal?
Tiba-tiba
saya teringat beberapa bulan yang lalu saat saya terbang ke Jakarta dan di samping
saya duduk sepasang suami-isteri yang telah berusia setengah abad, saat pesawat
yang kami tumpangi mendarat, terdengar suara alat seluler dari salah satu
penumpang dari arah belakang tempat duduk kami. Dengan spontan sang suami
berkomentar “dasar Indonesia”, saya miris mendengar perkataan tersebut walaupun
ada benarnya juga.
Sebagai
bangsa yang berbudi luhur sudah sepatutnya kita berlaku berbudi luhur dan
peduli sesama dengan cara peduli akan keselamatan orang lain saat melakukan
penerbangan karena tidak ada ruginya mematikan telepon/alat seluler selama
penerbangan karena saat berada di atas angkasa telepon/alat seluler yang kita
miliki tidak dapat menerima sinyal untuk melakukan komunikasi dengan
orang-orang yang kita sayangi yang saat itu sedang berada didaratan.
“…….. love your neighbor as yourself ” Matthew 22:39
- mB